Zuli Dewi Mulyowati: The Power of Shalat Hajat and Shalat Dhuha

The Power of Shalat Hajat and Shalat Dhuha

Shalat hajat
Shalat sunnah hajat dan dhuha adalah salah satu shalat sunnah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Rasulullah saja selalu melaksanakan ibadah tersebut dan diikuti generasi berikutnya di zaman Khulafa Rasyidin..  Keampuhan doa hajat dan masa ke masa menampakkan eksistensi nyata di lapangan.  

Tidak sedikit dari umat umat Islam yang telah merasakan mukjizat shalat hajat dan dhuha.  “Siapa yang memunyai kebutuhan (hajat) kepada Allah, maka wudhulah dengan sebaik-baik wudhu. Kemudian shalat dua rakaat (shalat hajat), lalu memuji kepada Allah, mengucapkan salawat kepada Nabi saw Setelah itu, mengucapkan “Laa illah illallohul haliimul kariimu, subhaanallah ... (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)


Abu Sirah an-Nakh’iy berkata, “Seorang laki-laki menempuh perjalanan dari Yaman. Di tengah perjalan keledainya mati. Kemudian dia mengambil wudhu. Selanjutnya shalat dua rakaat (shalat hajat), setelah itu berdoa. Dia mengucapkan, “Ya Allah, sesungguhnya saya datang dari negeri yang sangat jauh guna berjuang di jalan-Mu dan mencari ridha-Mu. Saya bersaksi bahwasanya Engkau menghidupkan makhluk yang mati dan membangkitkan manusia dari kuburnya, janganlah Engkau jadikan saya berhutang budi terhadap seseorang pada hari ini. Pada hari ini saya memohon kepada Engkau supaya membangkitkan keledaiku yang telah mati ini.” Maka, keledai itu bangun seketika, lalu mengibaskan kedua telinganya.” (HR Baihaqi; ia mengatakan, sanad cerita ini shahih)
“Ada seseorang yang buta matanya menemui Nabi saw, lalu ia mengatakan, “Sesungguhnya saya mendapatkan musibah pada mata saya, berdoalah kepada Allah (untuk) kesembuhanku.” Maka Nabi saw bersabda, “Pergilah, lalu berwudhu, kemudian shalatlah dua rakaat (shalat hajat). Setelah itu, berdoalah....” Dalam waktu yang singkat, laki-laki itu terlihat kembali seperti ia tidak pernah buta matanya.” Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Jika kamu memiliki kebutuhan (hajat), maka lakukanlah seperti itu (shalat hajat).” (HR Tirmidzi)
Setiap manusia memiliki kebutuhan dan keinginan, bahkan bisa dikatakan keinginan tersebut selalu ada dan tidak terbatas. Dari mulai keinginan yang dibutuhkan menyangkut dirinya sampai kepada keinginan yang dibutuhkan menyangkut sebuah negara. Bagi yang beriman, segala kebutuhan, cita-cita, harapan, dan keinginan tersebut, tidak serta merta selalu ditempuh melalui jalan usaha secara praktis belaka. Akan tetapi, ia akan terlebih dahulu mengadukannya kepada Allah SWT, sebab Dia adalah Dzat Yang Mahakaya, yang memiliki langit, bumi, dan seluruh alam semesta, Dzat Yang tidak bakhil dalam memberi kepada yang memohon dan meminta kepada-Nya. Oleh karena itu, Rasulullah saw setiap kali menghadapi kesulitan beliau selalu mengadukannya kepada Allah SWT melalui shalat. Mengadu dan memohon kepada Tuhan yang tidak pernah sekali pun berada dalam lemah dan miskin. Kenapa? Karena shalat adalah jalan keluar bagi mereka yang memiliki kesulitan dan kebutuhan, juga sebagai media dimana seorang hamba mengadukan segala persoalan hidup yang dihadapinya.
Di dalam Al-Qur`an, Allah SWT berfirman, “Dan mintalah pertolongan kepada Tuhanmu dengan melaksanakan shalat dan dengan sikap sabar.” (QS Al-Baqarah <2>: 45)
Shalat hajat, ditetapkan atau disyariatkan yang secara khusus dikaitkan kepada ibadah bagi yang sedang memiliki kebutuhan atau permasalahan. Dan tentunya, ini lebih spesifik dibandingkan dengan shalat-shalat lain dan memiliki suatu keistimewaan sendiri dari Allah dan Rasulullah saw.
Selain itu, shalat hajat merupakan suatu cara paling tepat dalam mengadukan permasalahan yang sedang dihadapi oleh seorang muslim. Shalat hajat merupakan salah satu jenis shalat yang disyariatkan di dalam Islam. Dasar hukum shalat hajat terdapat di dalam hadits Rasulullah saw. Para sahabat, ulama salaf, dan para shalihin biasa melakukan shalat hajat, terutama ketika mereka memiliki suatu kebutuhan, baik dalam situasi mendesak maupun dalam situasi biasa.
Dari beberapa keterangan yang terdapat di kitab-kitab, baik ulama salaf maupun khalaf (kontemporer), shalat ini telah banyak membuktikan keampuhan atau terkabulnya seluruh permohonan dari kebutuhan yang mereka pinta kepada Allah. Shalat hajat juga merupakan bagian dari keringanan dan rahmat dari Allah SWT bagi hamba-Nya.
Pada praktiknya shalat hajat ini sangat mudah dan bisa dilakukan pada siang hari atau malam, tidak seperti pada shalat-shalat lainnya secara umum. Misalnya, shalat dhuha hanya bisa dilakukan pada saat matahari terbit sampai datangnya waktu zuhur, atau shalat tahajud yang hanya bisa dilakukan pada malam hari. Sebagai pembuktian atas kebenaran sabda Rasulullah terhadap shalat hajat, tidak terhitung banyaknya orang yang telah mendapatkan keajaiban dan terkabulnya permintaan atau hajat mereka. Bahkan, ada yang mendapatkan keajaiban dengan diturunkan malaikat kepadanya untuk membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya, sebagaimana yang terdapat di dalam bab “Bukti Dan Kisah Nyata Orang-Orang Mendapatkan Keajaiban Shalat Hajat”
Keampuhan doa hajat dan masa ke masa menampakkan eksistensi nyata di lapangan. Bahkan, ritual ini telah pula dicontohkan Nabi saw pada masa beliau masih hidup dan diikuti generasi berikutnya di zaman Khulafa Rasyidin.
Sesungguhnya shalat hajat menjadi salah satu solusi mewujudkan impian agar menjadi kenyataan. Shalat hajat juga merupakan usaha batin yang dibenarkan oleh syariat tentang apa saja kebutuhan penting manusia, agar cepat terlaksana. Sehingga, kesuksesan, kemudahan, kekayaan, dan harapan positif lain bisa tercapai atas kehendak Allah SWT.
Selain itu, Abdurrahman AI-Jaziri menyebut shalat sunah hajat sebagai shalat sunah yang dianjurkan, bagi siapa saja yang berhasrat kuat dikabulkan hajatnya. Shalat hajat dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan digunakan sebagai sarana menyampaikan keinginan yang sangat penting kepada Allah.
Menurut suatu riwayat, Nabi saw pernah didatangi Malaikat Jibril as untuk menyampaikan wahyu terkait ajaran Islam. Di dalam penyampaian wahyu itu, Jibril berkata, "Wahai Nabi Allah, bila Anda menghadapi persoalan keduniaan dan Anda menginginkan sesuatu untuk keperluan dunia itu, lakukanlah ritual hajat dan berdoalah agar Allah mengabulkannya dengan segera."
Sebagian orang yang belum mendengar atau memahami shalat hajat, mungkin memiliki sedikit keraguan. Namun, dengan membuktikannya sendiri, tentu itu adalah jawaban yang paling tepat dan terbaik.

Shalat dhuha
Dhuha berarti terbit atau naiknya matahari. Oleh karena itu, sholat dhuha merupakan sholat sunat yang dilakukan pada pagi hari ketika matahari mulai menampakan sinarnya ssetinggi satu jengkal hingga menjelang dhuhur. Jumlah sholat sunat dhuha minimal 2 rakaat. Abu Hurairah r.a meriwayatkan hadis,"Rasulullah SAW berwasiat kepadaku mengenai tiga hal, yaitu pertama: menganjurkanku untuk berpuasa sebanyak tiga hari pada setiap bulan. Kedua: menganjurkanku untuk melakukan sholat dhuha 2 rakaat. Ketiga:  menganjurkanku untuk melakukan sholat witir sebelum tidur." (H.R Bukhari dan Muslim)
Ada yang mengatakan bahwa shalat dhuha dilaksanakan sebanyak 2 rakaat hingga 8 rakaat. Namun demikian, ada juga yang nembolehkan hingga 12 rakaat. Aisyah r.a. mengatakan," Rasulullah SAW masuk ke rumah saya lalu melakukan sholat dhuha sebanyak 8 rakaat."(H.R Ibnu Hiban). Namun dalam hadits lain disebutkan bahwa jumlah rakaatnya tidak terbatas, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari `Aisyah ra. Ia berkata: “Rasulullah saw shalat Dhuha sebanyak empat rakaat lalu menambahnya seberapa yang dikehendakinya“.
Berdasarkan tinjauan para ulama ada beberapa fadilah atau keutamaan melaksanakan sholat dhuha,yaitu :
  • Sholat dhuha merupakan ekspresi terima kasih kita pada Allah SWT atas nikmat sehatnya setiap sendi di tubuh kita. Rasullullah Saw. bersabda,"Pada setiap manusia diciptakan 360 sendi dan seharusnya orang yang bersangkutan bersedekah untuk setiap sendinya. lalu para sahabat bertanya: “Ya Rasulallah siapakah yang sanggup melakukannya? Rasulallah menjelaskan: “membersihkan kotoran yang ada di masjid atau menyingkirkan sesuatu (yang dapat mencelakakan) di jalan raya. Apabila tidak mampu, sholat dhuha 2 rakaat dapat menggantikannya".(H.R Ahmad Bin Hanbal dan Abu Daud)
  • Sholat dhuha merupakan jalan pengharapan kita akan rahmat dan nikmat Allah sepanjang hari yang akan kita lalui. Rasulallah bersabda."Allah berfirman, “Wahai anak Adam jangan sekali-kali engkau malas melakukan sholat 4 rakaat pada pagi hari niscaya nanti akan kucukupi kebutuhanmu hingga sore hari”. (H.R Al-Hakim dan At-tabrani).
  • Sholat dhuha merupakan pelindung kita untuk menangkal siksa api neraka. Rasulullah bersabda, " Barang siapa melakukan sholat fajar, kemudian ia tetap duduk di tempat sholatnya sambil berzikir hingga matahari terbit dan melakukan sholat 2 rakaat, niscaya Allah SWT akan mengharamkan api neraka menyentuh tubuhnya."(H.R Al-Baihaqi)
  • Sholat dhuha merupakan jalan kita menuju surga. Rasulallah bersabda, "Di dalam surga terdapat pintu yang bernama bab ad-dhuha (pintu dhuha) dan pada hari kiamat nanti akan ada orang yang memanggil, “dimana orang yang senantiasa mengerjakan sholat dhuha? ini pintu kamu, masuklah dengan kasih sayag Allah”. (H.R At-tabrani).



 sumber : 



No comments: